Punen Ke Ibara SimamateiPunen (Pesta)

PUNEN MASIPAERU LANGGAI
(Upacara Sesudah Penguburan)

Kematian seseorang mengakibatkan kerusakan dalam masyarakat. Oleh karena itu seminggu atau sebulan sesudah kematian, Rimata menetapkan, supaya diadakan Punen Masipaeru Langgai.
Tujuannya untuk melestarikan keharmonisan yang telah rusak disebabkan meninggalnya seorang anggota Uma.

Hari pertama Punen, diisi dengan mengambil sagu, dan keesokan harinya mencari kayu bakar. Selanjutnya pada hari ketiga diadakan pemurniaan pribadi, memasuki persiapan pra pesta yang disebut dengan Mumagiri Sia.

Sepanjang malam diadakan tarian. Pada saat itu hadir pula Kerei membawakan tari bulat, maksudnya untuk menanyakan kepada batukarebau dan roh-roh pelindung Uma, apa gerangan yang telah diperbuat oleh seluruh anggota Uma, dan hal-hal apa yang mengakibatkan atas kematian salah seorang anggota Uma. Batukarebau itu akan memberitahukan kepada Kerei sebabnya. Lalu Kerei menyampaikan kepada Rimata supaya diumumkan. Seusai tarian Musairiggi, Kerei mengunjungi rumah keluarga yang kematian, untuk mengulang pertanyaan kepada buluat keluarga tersebut, mengenai kesalahan-kesalahan yang telah ia lakukan. Seperti biasa, pada kesempatan ini Kerei menyampaikannya dengan cara bernyanyi.

Sesudah itu Kerei pun pulang. Dan pada keesokan harinya Kerei pergi ke hutan untuk mengumpulkan dedaunan, karena dari daun itu ia dapat menarik kuasa magic, untuk membebaskan rumah duka dari segala dosa. Kerei menyiapkan perasan gaut dengan lebih dahulu memilih jenis-jenis daun. Sebagian daun diremas dan diperas, kemudian diletakkan di dalam cambung, dan sebagian yang lain dimasukkan ke dalam bambu dan mencampurnya dengan air. Kemudian gaut itu dibawa ke rumah duka. Pada hari berikutnya Uma mengadakan pesta duka langsung dipimpin oleh Rimata.

Pada pagi hari perempuan pergi mengambil gette untuk bahan persediaan makanan santapan bersama. Lalu semua mandi dan menghias diri. Bila sudah siap, semuanya berkumpul di depan Uma, dilakukan upacara pemanggilan semua jiwa agar bersatu dengan tubuh. Kerei dan Rimata berdendang bersama, kemudian salah seorang berseru: "Hai jiwa-jiwa, mari bersama kami, jangan lalu lalang di hutan, marilah kemari mengikuti Punen." Kemudian Rimata memukul gong, dan semua orang memasuki Uma, Rimata membagi-bagi laiket kepada hadirin dan akan mempersembahkan kepada batukarebau. Pada saat itu gendang selalu ditabuh, sambil mengucapkan: "Inilah ayam yang kita persembahkan, demi kesehatan fisik yang kita dambakan!"

Acara yang semacam ini akan diulang nanti di rumah masing-masing. Sekali lagi Rimata memukul gong, pemberitahuan, bahwa semua orang boleh pulang untuk mempersembahkan laiket kepada roh pelindung Uma masing-masing. Dipersembahkan juga ayam dengan panjatan doa, supaya beroleh kemujuran dan keselamatan.

Ayam itu dibawa ke beranda Uma, kemudian disembelih dan dikumpulkan dengan ayam yang lain untuk dimasak. Mereka biasanya pergi memancing dan berburu, yang hasilnya nanti dibawa pulang sebagai persembahan. Hasil dari memancing dan berburu, dagingnya dipotong-potong untuk dibagikan. Upacara yang seperti ini dilaksanakan untuk membersihkan dan memperbaiki kampung setelah terjadi kematian.

Selain Punen-Punen yang diatas, masih banyak punen-punen lainnya, seperti:

Punen Ke Ibara SimamateiPunen (Pesta)

| Jadikan Sebagai Halaman Pembuka | Masukan ke Favorites | Link ke kami | Kontak |

Tampilan terbaik pada resolusi 800 * 600
Hak Cipta © 2001 oleh Gufron
All Rights Reserved.

</body> </html>