PELANTIKAN KEREI
|
Kerei (dukun) dianggap sebagai orang yang dapat berhubungan dengan orang
halus, sebagai perantara manusia dengan dunia roh, yang mampu menghilangkan pengaruh-pengaruh jelek
dan juga memberantasnya.
Tugas Kerei merupakan suatu panggilan yang harus ditanggapi. Profesi ini jarang sekali terwujud melalui rencana yang dibuat jauh sebelumnya. Seorang menjadi Kerei karena merasakan dirinya terpanggil dalam pengabdiannya. Jadi, tugas tersebut bertujuan untuk melayani. |
Calon Kerei yang terpanggil meminta kepada Rimata supaya dapat diakui secara resmi sebagai Kerei. Ia sampaikan kepada Rimata bahwa sejauh yang dirasakannya, kini ia telah memiliki kekuatan dan kekuasaan magic yang bersarang dalam tubuhnya. Lebih lanjut ia mengatakan kepada Rimata, bahwa ia datang menghadap, supaya diakui sebagai Kerei, karena ia merasakan bahwa ia telah mempunyai Sabulungannia.
Setelah Rimata meneliti dengan seksama melalui pemikiran yang masak, maka permintaan tersebut dapat disetujuinya. Kemudian Rimata mengumumkannya kepada anggota Uma tentang calon kerei baru tersebut dan pelantikannya.
Sejak hari itu, dimulailah persiapan pelantikan. Keesokan harinya laki-laki pergi mengambil kayu api untuk digunakan memasak penganan.
Biasanya, pesta ini memakan waktu panjang. Kepada beberapa orang laki-laki dianjurkan oleh Rimata supaya menjemput seorang Kerei yang akan ditetapkan sebagai pelantik calon kerei. Semua laki-laki yang disuruh mematuhi perintah Rimata tersebut dan pergi dengan hati ikhlas serta berjanji akan kembali tiga hari kemudian.
Pada hari ketiga, semua anggota Uma menghias diri untuk menghadiri pesta besar itu. Pada saat hari ketiga itu, Kerei pelantik dan rombongan pengiringnya berjalan menyusuri sungai. Di suatu tempat yang telah ditentukan rombongan beristirahat. Salah seorang dari rombongan masuk ke kampung untuk memberitahukan bahwa Kerei pelantik sebentar lagi tiba. Sementara itu Kerei pelantik mengenakan pakaian kebesarannya yang disebut dengan Ipuogo. Perarakan diatur, siapa orang yang akan mendampingi Kerei pelantik dan siapa pula yang akan menjadi pemandu jalan. Rombongan mulai bergerak perlahan menuju kampung dengan tertib dan penuh wibawa.
Di kampung sudah ditentukan keluarga yang akan menyambut kedatangan rombongan Kerei pelantik dengan panggilan Kerei Sibale. Kepala keluarga itu menyonsong Kerei pelantik dan mengantarkannya ke rumah untuk dipertemukan dengan Rimata serta menyalami anggota Uma yang berkumpul. Setelah itu semua yang hadir kembali ke rumah masing-masing untuk makan.
Pada malam harinya semua orang berkumpul dalam Uma. Pada waktu itu Kerei mulai mempertunjukkan bermacam-macam tarian. Dalam tarian Musairiggi, yaitu semacam tarian melingkar, seolah Kerei sendiri dengan jiwanya terbang membubung tinggi. Kerei melebarkan kedua belah tangannya, bergerak-gerak seperti burung yang sedang terbang mengembangkan kedua belah sayapnya. Tarian tersebut berlangsung sampai pagi.
Dalam menari itu, jiwa sang Kerei sudah terbang melayang ke tempat jauh. Dari lirik sang Kerei,
para penonton dapat mengetahui keman pergi terbangnya. Penonton akan arif sendiri tempat-tempat yang
pernah dikunjungi sang Kerei, dalam bawaan tarian Musairiggi. Umpamanya terbang ke Beriloga
(Pulau Sanding), ke Manua (ke langit) dan ke Kabelaijat (ke arah matahari terbit). Esok harinya sesudah
makan, Kerei pelantik dan calon Kerei pergi ke hutan untuk memungut akar-akar elagat
dan bebeget untuk pengikat tata hiasan busana Kerei baru. Hiasan itu terdiri dari elagat, bailak
yaitu gelang di depan, leilei yaitu dedaunan yang diikatkan di kepala dan bebeget dari bulu ekor ayam
jantan disunting di belakang kepala. Elagat dan bebeget dianggap mempunyai kekuatan magic.
Dalam mitos Sitakigagailau telah dijelaskan bahwa orang yang dirias itu naik ke surga melalui sebuah
bebeget panjang yang berangkat dari puncak pohon elagat.
Selain itu ada lagi hiasan lainnya, seperti Pangeila yang diikatkan disekeliling dada dan lailai untuk ikat pinggang. Keempat macam hiasan itu disebut Pulacanan, yaitu seperangkat alat peraga hiasan Kerei baru, yang tersimpan di tempat tinggal Kerei Pelantik. Sesudah makan malam, kateuba dipukul dan upacara resmi dimulai. Kerei pelantik memegang Patoro (semacam baki), di dalamnya sudah ada bunga-bungaan yang merahasiakan persembunyiaan sabulungan, yaitu roh-roh pelindung Kerei pelantik. Patoro diletakkan di atas lantai dekat calon.
Kerei harus memandang dengan cermat, kalau diantara bunga-bunga itu terdapat terdapat roh-roh yang dimilikinya. Pada saat seperti itu, yang terpenting adalah hasil penelitian dan pemeriksaan, apakah calon benar-benar insan yang terpilih atau tidak.
|
Kerei pelantik berkata kepada sang calon: "Hai, cobalah cara sabulungan di dalam patoro ini!" Lalu sang calon memusatkan perhatiannya dan mengarahkan pandangan matanya dengan tajam ke dalam patoro. Kerei pelantik mulai menggoyangkan badannya dan memberi petunjuk, bahwa roh yang dicari sudah ada. Kemudian Kerei pelantik menyanyikan sebait lagu yang berisikan kata-kata: "Ayo, marilah kita kembali meneliti sang calon!" Dia mencoba lagi memandang dengan penuh perhatian kepada bunga-bunga pelekat yang ada dalam patoro. Kalau ia tidak berhasil menampak roh-roh sabulungan, tubuhnya tidak punya reaksi apa-apa. Tetapi kalau ia menampaknya, tubuhnya jadi dingin dan gemetaran. |
Pada saat penelitian dan pencarian sabulungan, Kerei pelantik dan calon Kerei sama-sama telah masuk ke dalam kekuasaan magic. Tanpa kenal lelah dan kantuk pertunjukan tarian dilangsungkan sampai pagi.
Pada hari-hari berikutnya, disepanjang malam kateuba terus menerus dipalu. Kemudian tibalah saatnya Kerei pelantik pulang ke kampungnya. Dia dilepas dengan kesucian dan kegembiraan hati dan tak lupa ia diberi bermacam hadiah sebagai oleh-oleh untuk keluarganya.
Selama dua hari sesudah pelantikan, Kerei baru tidak dibolehkan kerja. Waktu yang dua hari itu dimanfaatkannya untuk berdialog dengan sabulungan untuk memulangkannya.
Ayam digunakan untuk sekedar persembahan, tidak untuk disembelih. Sedangkan babi yang sudah dibunuh untuk santapan pesta, dagingnya dipotong-potong lalu dibagikan.
Segala alat peraga kelengkapan pelantikan, seperti bunga-bunga, patoro dan hiasan-hiasan lainnya disimpan dengan cermat oleh Kerei baru.
Pada suatu hari yang ditetapkan, anggota Uma pergi memancing bersama dan berakhirlah upacara pelantikan kerei.
| Jadikan Sebagai Halaman Pembuka | Masukan ke Favorites | Link ke kami | Kontak |
Tampilan terbaik pada resolusi 800 * 600
Hak Cipta © 2001 oleh Gufron
All Rights Reserved.